Langsung ke konten utama

Misteri Piano Tua

          Liburan musim dingin akan segera di mulai. Hari ini semua anak di asrama akan di jemput oleh kedua orang tua mereka, tapi ada juga yang memilih menetap di asrama. Begitu juga dengan ku, tapi bukan mama dan papa yang menjemput melainkan Ray. Aku mempunyai seorang kakak yang bernama lengkap Ray Antolin dan dia bekuliah di Universitas Oxford, umur kami berselisih 5 tahun terkadang kami pun bertengkar tapi juga saling menyayangi.
          Dikamar, terdengar lagu favorit laura mengalun lembut dan menghapuskan kesunyian di dalam kamar, sedangkan aku dan kedua sahabatku masih berkemas.
     “Tidak terasa ya liburan musim dingin sudah di mulai, ini pasti sangat   membosankan!” Ucap Emma memulai pembicaraan.
     “Kenapa harus bosan? Bukankah ini kesempatan kita untuk bisa bersantai dan berlibur?” Tanya Laura. “Bagiku ini sangat menyenangkan. Dan Alexa kemana kau akan berlibur?” Kali ini dia bertanya kepada ku.
     “Mama dan papa akan mengajak ku berlibur di rumah nenek. Disana aku dan Ray akan mencari banyak misteri.” Kataku pada mereka.
     “Ya sudah, ayo kita ke bawah. Pasti sudah banyak orang tua yang menjemput dan kita juga harus mendengarkan pengumuman dari Mr.Robins kan?” Ajak Emma pada kami. Aku dan laura mengangguk tanda setuju. Dibawah kami hanya di beri sepucuk surat yang berisi pengumuman dan aku bertemu dengan seorang pria yang rasanya sudah tak asing lagi bagiku. Yaps,itu Ray kakakku.
          Sampai di tempat parkir kami langsung naik mobil dan Ray yang menyetir. Di dalam mobil aku bertanya pada Ray.
     “Ray daritadi kita tidak bicara. Bagaimana kabarmu?” Tanyaku memulai pembicaraan.
     “Baik” Jawabnya sedikit.
    “Apakah mama dan papa belum pulang dari New York? sampai harus kau yang menjemputku.” Tanyaku lagi.
     “Apa kau tidak senang aku yang mejemputmu? Lagipula mom and dad pulang besok.” Jawabnya. Sejak kecil dia memang memanggil mom and dad, beda denganku yang memanggil mama dan papa.
          Tidak lama kemudian kami sampai di rumah. Rumah ini begitu sunyi dan tidak ada perubahan sama sekali.
    “Masih dalam keadaan yang sama” Komentarku.
    “Pergilah ke kamarmu Alexa dan beri tanggapan setelah kau melihatnya.” Jawab Ray sambil tersenyum padaku. Tanpa bertanya banyak, aku pun segera pergi ke kamarku. Ku buka pintu kamar, aku pun terbelalak melihat nya dan berkata “WOW”.
     “Bagaimana? Apa kau suka dengan kamarnya?” Tanya Ray yang sedari tadi ada di belakangku.
    “Wow, ini keren sekali Ray. Aku sangat suka, apa kau yang menghiasnya?” Tanyaku sambil melihat sekeliling kamar. Ray mengangguk tanda ya.
        Malamnya aku dan Ray makan spagethi bersama, setelah itu kami pergi ke kamar masing-masing. Dikamar, aku belum tidur.  Aku menghidupkan musik dengan volume kecil dan membuka surat yang diberikan Mr.Robins. Setelah itu aku membaca buku sampai lama-lama aku mengantuk dan aku tertidur dengan buku yang menutupi wajahku.
          Aku terbangun saat matahari pagi menerobos gorden jendela kamar. Aku melihat sudah pukul tujuh. Aku membersihkan tempat tidurku dan bergegas mandi. Dibawah, Ray sudah menyiapkan sarapan. Ray itu pintar sekali memasak, bahkan banyak perempuan yang menyukainya bukan hanya karena Ray pintar memasak tapi juga karena tampan,baik dan pintar,  tapi dia tetap fokus dengan pelajarannya.
     “Ray kau ini sangant pintarmemasak tapi kenapa kau tidak mengajariku?” Tanyaku sambil mengambil kentang goreng.
     “Kau ini perempuan,kau lebih pintar memasak dariku. Hanya saja kau yang tidak pernah mencobanya.”
     “Baiklah kalau begitu kapan mama dan papa kembali? Aku sangat rindu dengan mereka.”
Tiba-tiba bel rumah berbunyi, aku berlari untuk membuka pintu rumah. Aku sangat terkejut dan bahagia saat melihat mama dan papa di depan pintu rumah. Aku segera memeluk mama lalu papa. Aku panggil Ray dan ku persilahkan mama dan papa masuk.
     “Kapan kau pulang sayang?apakah kau bahagia? Oh ya aku mempunyai sebatang coklat untukmu.” Ucap mama sambil menyodorkan sebatang coklat kesukaanku.
     “Aku pulang kemarin ma dan aku sangat senang, apalagi bisa bertemu mama.” Mama tersenyum padaku. “Ma, aku sangat rindu dengan mama dan kapan kita akan pergi ke rumah nenek?” Tanyaku penasaran.
     “Mama juga rindu denganmu sayang. Kita akan berangkat sore ini, jadi cepat siapkan bajumu sekarang dan beritahu juga kakakmu juga ya!” Ucap mama lembut.
     “Baiklah ma,” Kataku sambil berlari menuju kamar.
          Hari sudah menunjukkan pukul 3 sore, kami semua sudah siap dan akan segera berangkat. Mobil melaju begitu cepat menuju rumah nenek. Setelah beberapa jam,  akhirnya kami tiba di rumah nenek. Papa membunyikan klakson mobil dan nenek membuka pintu rumah. Aku turun dari mobil dan langsung memeluk nenek.
     “Nenek….Apa kabar nek? Sudah lama kita tidak bertemu ya nek!” Ucapku sambil memeluk nenek. Aku, mama, dan nenek masuk ke dalam rumah sedangkan papa dan Ray mengeluarkan barang-barang dari mobil. Pada rumah nenek tidak ada yang berubah, semua masih ada pada tempatnya.Tapi, ada sebuah piano yang setengah bagiannya tepat di bawah tangga. Aku ingin bertanya pada nenek tapi nenek sedang sibuk, dan mama juga tidak menghiraukannya. Lamunanku terbuyar saat Ray menepukku.
    “Hei tuan putri ayo masuk ke kamarmu, akan ku bawakan barang-barangmu.” Katanya mengejekku. “Ray” Teriakku kesal.
          Malam pun tiba, disini tampak sedikit menyeramkan bagiku. Suara katak dan jangkrik terdengar, namun tampak indah juga karena ada kunang-kunang bercahaya.
     “Papa, Ray, Alexa ayo turun. Makan malam sudah siap!” Panggil mama. Kami semua segera menuju meja makan. Tapi ternyata nenek sudah selesai makan dan masuk ke kamar. Padahal aku ingin sekali bisa makan bersama nenek, tapi ya sudahlah mungkin nenek lelah dan ingin beristirahat. Selesai makan aku kembali ke kamarku dan melihat indahnya malam. Rumah ini begitu sunyi, kupikir semua orang sudah tidur jadi aku pun ikut tidur.
          Di tengah malam aku terbangun tanpa ada yang membangunkan. Tenggorokan ku kering dan aku sangat haus, tapi air minum di kamarku sudah habis. Aku pun memberanikan diri untuk keluar dari kamar dan pergi ke dapur. Aku ingin membangunkan mama untuk mengantarku tapi mama begitu nyenyak, aku pun melanjutkan langkah ku. Dengan langkah gemeteran dan keringat bercucuran aku menuruni tangga, melewati ruang makan dan akhirnya sampai di dapur. Ku hidupkan lampunya dan ku isi gelasku. Tiba-tiba ku mendengar seperti nada piano mengalun lembut, dan hampir saja gelasku terjatuh. Namun setelah beberapa saat nada itu berhenti, aku pun bergegas kembali ke kamar. Saat aku ingin emnaiki tangga, hatiku teasa penasaran dengan piano itu. Aku berusaha mendekati pano itu, tampak seperti piano antik. Ku sentuh dari ujung sampai ke ujung, begitu tersa ukirannya yang terlihat cantik. Tiba-tiba aku sadar dan berfikir siapa yang memainkan piano ini?, bahkan tidak ada siapapun disini selain aku. Karena merasa takut aku pun berlari dan kembali ke tempat tidurku, aku berusaha untuk memejamkan mataku dan tidur lagi meski sulit.
        Pagi ini cuaca begitu cerah, semua orang melakukan pekerjaannya dan aku hanyan bersantai. Sambil duduk di kursi teras aku masih berfikir tentang piano itu, masih terbayang di kepalaku nadanya yang lembut, ukirannya yang indah, dan… siapa yang memainkannya. Lagi-lagi lamunanku terbuyar, namun bukan karena Ray melainkan Jane, dia yang mengurusi segala keperluan disini.
    “Hai, apa kau Alexa?” Tanyanya.
     “Ya, aku Alexa. Senang bertemu dengamu.”
    “Senang juga bertemu denganmu.”
Lagi-lagi aku sendiri, karena bosan aku pun memilih berkeliling desa. Aku minta izin pada papa dan papa mengizinkan dengan satu pesan “Jangan sampai tersesat ya!”.
         Setelah beberapa jam aku pergi berkeliling aku pun pulang dan segera mandi. Selesai mandi aku melewati tempat Jane merapikan pakaian. Aku masuk dan bicara dengannya.
     “Bibi Jane boleh aku masuk?” Tanyaku.
     “Tentu saja kenapa tidak, kemarilah Alexa!”
     “Bibi, sudah berapa lama kau bekerja disini?” Tanyaku memulai pembicaraan
     “Sudah hampir 10 tahun” jawabnya. Ya aku memang tidak tahu karena sudah lama aku tidak kesini, tepatnya 12 tahun.
    “Berarti kau tahu semua tentang rumah ini? Coba kau ceritakan padaku!”
    “Tentu saja. Kuberitahu ya, selama kau berada disini jangan pernah coba-coba keluar kamar lewat dari jam 10 malam, jika keluar untuk urusan mendadak jangan pernah melihat sekitar, ingat saja pada tujuan utamamu.”katanya dengan nada yang pelan. ”Dan satu lagi. Apa kau melihat piano dibawah tangga itu? Sudah pasti kau melihatnya bukan? Karena setengah bagiannya terlihat. Tapi jangan pernah kau dekati piano  itu, atau tidak…” Belum selesai Jane bicara, mama sudah memanggilnya. Aku masih memikirkan perkatan Jane tadi. Apa yang Jane katakan semuanya sudah aku lakukan, dan apa yang akan terjadi?Apa yang akan Jane katakan tadi?
          Matahari sudah terbenam menandakan hari sudah malam. Ini malam kedua aku berada disini. Kembali terpikir olehku apa yang terjadi padaku sejak kemarin. Malam ini aku meminta mama menemaniku tidur disini, mama menurut.
     “Ma, berapa lama kita disini?”
     “Mungkin selama dua minggu. Kita akan menikmati udara sejuk selama dua minggu ini. Lepaskan semua beban yang kita punya, bersantailah disini sayang.”
Perasaan takutku menambah setelah mendengar ucapan mama. Kami pun tidur dengan nyenyak dan aku berharap agar tidak terbangun lagi di tengah malam.
          Pagi ini mama berencana akan mengajakku ketempat saudara mama dan papa yang sudah lama tidak dikunjungi. Aku memilih ikut karena hanya ada Jane yang menjaga rumah dan sorenya dia akan pulang. Mobil melaju begitu cepat dan satu persatu kami kunjungi dengan waktu singkat.
          Malam ini kami akan bermalam di rumah adiknya papa. Disini tidak seseram berada di rumah nenek, disini begitu asri,sejuk, dan begitu indah. Kami makan malam bersama, mengobrol dan lain sebagainya. Namun, aku tidak suka disini karena tidak ada teman bermain, aku hanya bisa melihat keasyikan mereka saja.
          Hari ini kami akan kembali ke rumah nenek dan aku akan merasa ketakutan kembali. Aku berusaha untuk selalu senang dan tidak berfikir tentang hal buruk yang terjadi padaku. Didepan rumah sudah ada Jane yang sedang menyapu halaman. Kami masuk dan melakukan pekerjaan kami, dan lagi-lagi aku hanya bersantai. Saat makan siang, mama bilang padaku kalau mama dan papa akan pergi selama tiga hari untuk urusan penting dan Ray juga akan pergi mengunjungi teman lamanya.
          Waktu begitu cepat berlalu, kini siang sudah berganti malam. Aku meminta Jane untuk menginap disini sampai mama,papa dan Ray kembali. Awalnya dia tidak mau tapi akhirnya dia menurut. Aku masih belumm mengantuk dan aku rasa ini belum jam 10 malam. Aku ingin mengambil bantal kesayanganku yang tertinggal di sofa ruang tamu. Saat aku ingin kembali ke kamar, aku mendengar di kamar nenek ada yang berbicara. Tadinya kupikir nenek berbicara dengan Jane, tapi Jane sedang merapikan kamarnya. Aku mengintip dari pintu yang sedikit terbuka,dan aku melihat nenek sedang berbicara dengan seorang pria. Dengan perasaan takut aku berlari ke kamar Jane.
     “Alexa, ada apa denganmu? Kenapa kau tergesa-gesa seperti ini?” Tanya Jane bingung dan dia langsung menutup pintu kamarnya. “Apa kau melihat sesuatu Alexa? Aku sudah pernah bilang padamu kan untuk tidak keluar jika sudah pukul 10!” Aku mengangguk dan melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10.15. “Ceritakan padaku Alexa. Apa saja yang sudah kau alami selama berada disini.” Katanya sambil menghela nafas.
     “Bibi maafkan aku tapi tadi kukira ini masih pukul 9 jadi aku keluar untuk mengambil bantal kesayanganku. Lalu aku melihat kalau nenek berbicara dengan seorang pria….” Aku menceritakan semua kejadian yang aku alami. Jane terbelalak mendengar semua itu lalu ia menceritakan padaku sebuah misteri.
     “Apa kau tahu Alexa kenapa setiap tengah malam piano itu mengalunkan lagu yang lembut? Apa kau tahu dengan siapa nenekmu berbicara? Apa kau tahu kenapa kau tidak boleh keluar kamar pada pukul 10?” Tanya Jane padaku dan aku hanya bisa menggeleng. “Alexa, nenekmu tidak ingin kau tahu tentang kakekmu. Dan mungkin sekarang sudah waktunya untuk kau tahu. Saat ini nenekmu sedang berbicara dengan kakekmu dan yang memainkan piano itu adalah kakekmu.”Jelas Jane singkat.
     “Tapi, bagaimana bisa? Dan kenapa aku tidak pernah melihat kakek?” Tanyaku bingung.
     “Dulu saat kakekmu sedang bermain piano di café termewah di kota, kakekmu di tembak oleh orang yang sangat benci pada kakekmu dan jasadnya dibuang ke jurang. Sebelum kakekmu pergi, ia berpesan padaku agar kau memainkan dan merawat piano itu dengan baik. Kakekmu itu sangat pandai bermain piano dan piano dibawah itu adalah piano kesayangannya.”
     “Jadi kakek adalah seorang pianis. Tapi bibi aku ingin bermain piano bersama kakek.” Ucapku dengan wajah sedih.
     “Kalau begitu mainkan piano itu pada pukul 12 malam dan kau akan merasa bermain piano bersamanya. Kau juga bisa bertemunya dan memeluknya. Sekarang pergilah kekamarmu Alexa.” Aku menuruti perkataan Jane.
          Aku bangun tepat pada pukul 12 malam. Aku keluar kamar dan menuju bawah tangga. Aku duduk di kursi piano dan mulai mengalunkan lagu yang ku dengar waktu itu. Tiba-tiba aku melihat seoraang pria yang sedang bermain piano, aku tetap melanjutkan sampai lagu selesai. Setelah selesai, aku berdiri dan memeluk pria itu.  
     ”Kakek” Ucapku lirih.
     “Nak, kau harus menjaga dan merawat piano ini. Mainkan piano ini setiap kali kau datang kesini. Aku sangat menyayangimu Alexa.”
Aku mengangguk dan menangis. Seketika semuanya hilang.
     “Nyonya, harapan tuan sudah tercapai dan tugas saya pun sudah selesai.” Perlahan Jane menghilang. Aku berteriak “Bibi Jane” tapi terlambat, Jane sudah hilang.Aku memeluk nenek, kami menangis.
          Empat hari sudah aku lewati dan aku sudah mengetahui semuanya. Kakek ingin aku tahu tentang piano itu, dan Jane datang untuk menyampaikannya. Sekarang semua sudah tercapai dan mereka pergi. Aku sedih juga bahagia. Lamunanku terbuyar oleh Ray.
     “Apa kau tidak ada pekerjaan lain selain melamun?” Tanyanya meledekku. “Ya, kau ini tuan putri. Jadi untuk apa kau bekerja, tugasmu hanyalah bersantai.” Ucapnya sambil tertawa.
     “Ray, kenapa kau selalu saja menggangguku.” Kataku marah. Kini hari-hariku disni sangat menyenangkan. Sesekali aku terpikir dan terbayang akan kakek dan Jane.
          Dua minggu sudah terlewati. Kami akan kembali ke kota dan rasanya sangat berat untukku meninggalkan rumah ini.
      “Ma, apa tidak bisa kita lebih lama disini?”
     “Sayang, lusa kau sudah masuk sekolah jadi kita harus kembali. Kita bisa berlibur kesini lagi kan?”
     “Baiklah ma”
Mobil ini membawa kami kembali ke rumah kami di kota. Kami kembali memulai rutinitas kami yang padat.

          Hari ini semua murid asrama harus kembali ke asrama untuk mempersiapkan hari sekolah yan akan dimulai kembali. Aku, Laura, dan emma saling bercerita tentang liburan kami. Mereka sangat bahagia , begitu juga aku. Aku tidak akan melupakan kakek dan Jane.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyambut Malam Tahun Baru

          Namaku Syifa Aulia Zahra. Aku punya dua sahabat yang bernama Amelia Dinda dan Silvia Maria Indah. Kami sudah cukup lama bersahabat, kami selalu ada dalam suka maupun duka.           Hari ini sekolahku mewajibkan semua orangtua murid untuk hadir. Mereka semua akan mengambil raport putra-putrinya. Sambil menunggu orangtua kami mengambil raport, aku dan dua sahabatku pergi ke taman sekolah. Kami berbicara cukup lama, kami ingin pergi mall pada saat malam tahun baru. Kami pun menentukan waktu yang tepat untuk kami pergi.         "Temen-temen gimana kalo kita pergi ke mall waktu malam tahun baru? Pasti seru banget kan?" Tanya Silvi pada kami.         "Boleh juga tuh, tapi kita harus izin dulu sama orangtua kita!" Balasku setuju.         "Aku juga setuju, habis ini aku langsung minta izin deh sama mama." kata Amel yang juga menyetujui. Akhirnya acara disekolah sudah selesai, kami pulang bersama orangtua kami.           Sampai dirumah aku minta izi